Akidah dan Amalan Yahudi yang Ditiru oleh Sebagian Muslimin (bagian 2)

4. Berloyalitas kepada musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang perbuatan Bani Israil (Yahudi):

تَرَى كَثِيْرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ

 سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُوْنَ

“Kamu melihat kebanyakan dari mereka berwala’ (berloyalitas) kepada orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka persiapkan bagi diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan.” (Al-Ma`idah: 80)

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengharamkan berloyalitas dengan orang kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ

مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin (teman dekatmu); sebagian mereka adalah pemimpin (teman dekat) bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu berwala’ (berloyalitas) kepada mereka (menjadikannya sebagai pemimpin atau teman dekat), maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Ma`idah:51)

Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang kaum muslimin melakukan perbuatan seperti Yahudi yaitu berloyalitas dan cinta kepada orang-orang kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لاَ يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُوْنَ الْكَافِرِيْنَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللهِ فِي شَيْءٍ

إِلاَّ أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً
“Janganlah orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin (teman dekat) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.” (Ali ‘Imran: 28)

Jelaslah bahwa memusuhi dan berlepas diri dari orang kafir dan agama mereka adalah wajib. Prinsip al-wala` wal bara` termasuk kewajiban dalam Islam yang paling besar.

Namun di umat ini ada Syi’ah Rafidhah dan kaum Sufi yang sering membuka hubungan dan ber-wala` dengan orang kafir. Mereka tidak segan-segan berkhianat untuk membantu orang kafir dalam menghadapi muslimin. Pengkhianatan yang pernah mereka lakukan merupakan satu di antara sekian banyak sejarah kelam mereka.

Seorang tokoh Rafidhah bernama Nashir At-Tushi membuat bait-bait syair menyanjung Al-Mu’tashim, salah seorang pemimpin dari Bani Abbasiyyah. Tetapi ketika pemimpin Tartar, Hulagu Khan punya kesempatan untuk membunuhnya, ia pun memberikan isyarat untuk membunuhnya. Pengkhianatan inipun melibatkan seorang Rafidhah lainnya yang bernama Ibnu Alqami. Dialah yang menyarankan Al-Mu’tashim untuk mengurangi pasukan sehingga Hulagu leluasa membunuhnya. (‘Aqidah Ahlus Sunnah wa Mafhumuha, hal. 65)

5. Sihir
Orang-orang Yahudi termasuk orang-orang yang menggunakan sihir, bahkan salah seorang mereka telah menyihir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka telah membuang apa yang dibawa para rasul, lalu beriman kepada kitab-kitab sihir, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan:

وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُوْلٌ مِنْ عِنْدِ اللهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيْقٌ مِنَ الَّذِيْنَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ

اللهِ وَرَاءَ ظُهُوْرِهِمْ كَأَنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ. وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِيْنُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ

سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِيْنَ كَفَرُوا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ

“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka, sebagian orang-orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah ke belakang (punggung)-nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah Kitab Allah). Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidaklah kafir (tidak mengerjakan sihir). Hanya setan-setanlah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (Al-Baqarah: 101-102)

Amalan Yahudi yang kufur inipun diikuti oleh sebagian orang yang menisbatkan diri kepada Islam. Sebagian mereka mendalami ilmu sihir dan menjauhkan diri dari ilmu agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

6. Beriman kepada sebagian ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengingkari sebagian yang lain.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menerangkan sebagian sifat Yahudi:

أَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍ

“Apakah kalian beriman kepada sebagian kitab dan mengingkari sebagiannya?” (Al-Baqarah: 85)

Mereka tidak beriman kecuali yang sesuai dengan hawa nafsu mereka. Padahal keimanan mereka kepada sebagian ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah bermanfaat bagi mereka jika mendustakan yang lainnya.

Asy-Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah berkata:
“Termasuk orang yang mengingkari sebagian ayat adalah orang yang menyatakan Al-Qur`an adalah makhluk, baik lafadz dan maknanya. Atau menyatakan: Lafadznya makhluk, adapun maknanya bukan; seperti ucapan Asy’ariyah. Ini semua adalah ucapan yang mendustakan Al-Qur`an. Barangsiapa yang menyatakan Al-Qur`an adalah makhluk, baik lafadz dan maknanya sebagaimana ucapan Jahmiyah; atau menyatakan bahwa lafadznya makhluk sedangkan maknanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, inipun kufur. Kecuali jika yang mengucapkannya adalah seorang muqallid (orang yang taklid) atau muta`awil (mentakwil) maka dia telah sesat. Karena Al-Qur`an adalah Kalamullah, baik lafadz dan maknanya. Huruf-huruf dan maknanya, semuanya adalah Kalamullah…” (Syarh Masa`il Jahiliyyah, hal. 170)

7. Ta’ashub (fanatik buta)
Di antara sifat Yahudi adalah ta’ashub kepada madzhab yang batil. Mereka berkata sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَلاَ تُؤْمِنُوا إِلاَّ لِمَنْ تَبِعَ دِيْنَكُمْ

“Janganlah kalian percaya kecuali kepada orang yang mengikuti agama kalian.” (Ali ‘Imran: 73)

Dalam ayat lain:
نُؤْمِنُ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا
“Kami beriman kepada kitab yang diturunkan kepada kami.” (Al-Baqarah: 91)

Yakni (beriman) kepada kitab yang turun kepada nabi-nabi kami saja.

Padahal kewajiban mereka adalah beriman kepada apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan kepada nabi mereka dan nabi yang selain dari mereka. Hakikatnya, mereka pun tidak beriman kepada apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan kepada nabi mereka. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلِمَ تَقْتُلُوْنَ أَنْبِيَاءَ اللهِ
“Mengapa kalian membunuh nabi-nabi Allah?” (Al-Baqarah: 91)

Yakni, apakah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan kepada kalian adalah ajaran membunuh para nabi, seperti yang kalian lakukan?

Amalan Yahudi inipun diikuti oleh sebagian kaum muslimin. Sebagian mereka fanatik kepada madzhab atau kelompok tertentu tanpa ada dalil. Bahkan dalam hal yang menyelisihi dalil Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

8. Hiyal (tipu muslihat)
Di antara amalan Yahudi yang tercela adalah melakukan hiyal dalam rangka menolak apa yang dibawa para rasul serta menyelamatkan kekufuran dan kesesatan mereka. Hal ini mereka lakukan karena tidak mampu menolak secara terang-terangan, sehingga mereka melakukan makar secara tersembunyi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang mereka:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِيْنَ

“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Ali ‘Imran: 54)

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah dan menang dalam perang Badr, orang Yahudi tidak mampu menghalangi manusia dari agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka pun melakukan hiyal dan makar. Sekelompok mereka berkata: “Masuk Islamlah kalian di awal siang, jika sudah di akhir siang murtadlah kalian dari Islam. Ucapkanlah oleh kalian: ‘Tidak kami dapati kebaikan di dalam agama Muhammad’, niscaya manusia mengikuti langkah kalian karena kalian adalah ahlul kitab. Allah Subhanahu wa Ta’ala membongkar makar mereka ini dalam firman-Nya:

وَقَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمِنُوا بِالَّذِي أُنْزِلَ عَلَى الَّذِيْنَ آمَنُوا وَجْهَ النَّهَارِ وَاكْفُرُواآخِرَهُ

لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

“Sekelompok ahli kitab (kepada sesamanya) berkata: ‘Perlihatkanlah (seolah-olah) kalian beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kekafiran)’.” (Ali ‘Imran: 72)

Di antara bentuk hiyal dan makar Yahudi adalah ketika mereka dilarang mengambil ikan di hari Sabtu. Maka mereka memasang jaring (jala) di hari Jum’at dan mengambilnya setelah Sabtu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُوْنَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيْهِمْ حِيْتَانُهُمْ يَوْمَ

سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لاَ يَسْبِتُوْنَ لاَ تَأْتِيْهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوْهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُوْنَ

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (Al-A’raf: 163)

Inilah beberapa aqidah dan amalan kaum Yahudi yang Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan kepada kita, kami sebutkan agar kita menjauhinya. Hudzaifah radhiyallahu 'anhu berkata: “Dahulu para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, adapun aku bertanya kepadanya tentang kejelekan karena khawatir akan menimpaku.”

Seorang penyair berkata:

عَرَفْتُ الشَّرَّ لاَ لِلشَّرِّ وَلَكِنْ لِتَوَقِّيْهِ                      وَمَنْ لَمْ يَعْرِفِ الْخَيْرَ مِنَ الشَّرِّ وَقَعَ فِيْهِ

Aku kenal kejelekan bukan untuk melakukannya, namun untuk menjauhinya. Siapa yang tidak kenal kebaikan dari kejelekan, tentu akan terjerumus padanya

Sebetulnya masih banyak kesesatan yang dilakukan sebagian orang yang menisbatkan diri mereka kepada Islam, seperti ucapan sesat orang-orang Syi’ah bahwa Al-Qur`an telah diubah. Ini juga ucapan yang pernah dilontarkan kaum Yahudi (lihat kitab Lillah tsumma Litarikh).

Demikian juga talbis (mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan) yang banyak dilakukan ahlul bid’ah, merupakan warisan Yahudi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلاَ تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

“Dan janganlah kalian campur adukkan yang haq dengan yang batil, dan janganlah kalian sembunyikan yang haq itu, sedang kalian mengetahuinya.” (Al-Baqarah: 42)

Mudah-mudahan apa yang kami tulis ini bermanfaat. Dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi taufiq kepada kita untuk menjauhi jalan-jalan kesesatan Yahudi dan orang kafir lainnya.

Wa akhiru da’wana anilhamdulillahi rabbil ‘alamin.


Sumber : www.asysyariah.com
http://alquran-sunnah.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Layu Sebelum Berkembang

Imam Malik Bin Anas

SEBANYAK 12 MALAIKAT BEREBUT MENCATAT KEBAIKAN KITA