Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

PERANG SALIB PERTAMA (PERANG ANTARA KAUM MUSLIMIN DAN KAUM NASRANI)

Gambar
Perang Salib Pertama (1095-1099 M) Perang Salib Pertama adalah serangkaian operasi militer yang didorong oleh keinginan kaum Kristen Eropa untuk menjadikan tempat-tempat suci umat Kristen, khususnya Yerusalem masuk ke wilayah perlindungan mereka. Seruan Paus Urbanus pada tahun 1095, membuat penguasa-penguasa Kristen Eropa bersatu untuk melakukan serangan ke wilayah-wilayah muslim di Timur Dekat. Sejak awal, Perang Salib membentuk babak penting dalam dua sejarah yang berbeda namun saling terkait, yaitu Barat dan Timur. Bagi Barat, Perang Salib adalah bagian penting dari evolusi Eropa Barat abad pertengahan. Sementara bagi muslim di Timur, Perang Salib memainkan peran sementara tetapi tidak terlupakan, karena perang ini mempengaruhi kesadaran umat Islam hingga kini. Latar Belakang Perang Salib Pertama Pertemuan bangsa Barat dan Timur (Islam) pertama kali terjadi setelah adanya kebijakan-kebijakan ekspansi negara muslim baru, yang dibentuk pasca wafanya Nabi Muhammad saw, tahu

SIAPAKAH YANG PALING BERAT COBAANNYA?

Gambar
SIAPAKAH YANG PALING BERAT COBAANNYA?  Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?" Beliau ﷺ menjawab: "Para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat kesalehannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun." (HR Bukhari). Hadis di atas menunjukkan bahwa kadar cobaan berupa   musibah yang diberikan Allah SWT itu bertingkat. Semakin tinggi tingkat keimanan, semakin berat ujian yang dialami. Sejatinya cobaan itu merupakan proses penguatan iman dan ketakwaan. Maka, bersabarlah dan terimalah dengan segala keikhlasan apa yang terjadi. Tidak perlu segala cobaan itu disikapi berlebihan. Tafakuri dan temukan   hi

PENJELASAN ZIKIR PAGI DAN PETANG (1) AYAT KURSI

Gambar
Syarah Dzikir Pagi dan Petang (1) Ayat Kursi أَعُوذُ باِللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.  Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).  Tidak mengantuk dan tidak tidur.  Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi.  Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya.  Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.  Kursi Allah meliputi la

SAHABAT JULAIBIBرضي الله عنه ‏ ‏YANG MERINDUKAN MATI SYAHID

Gambar
JULAIBIB رضي الله عنه (IA MEMILIH BERJIHAD DAN MERINDUKAN SYAHID)  “Sami’na wa`atha’na”, itulah sikap seorang mukmin ketika sampai kepadanya perintah dari Rasulullah ﷺ.  Sikap ini sebagai bukti keimanannya kepada Rasulullah ﷺ dan sebagai bukti kecintaannya kepada Allah سبحانه وتعالى.  Memang demikianlah, menjadi keharusan bagi seseorang yang telah bersaksi Muhammad adalah utusan Allah untuk menerima segala yang telah menjadi keputusan Rasulullah.  Tidak ada lagi pilihan bagi dirinya, kecuali harus tunduk dan patuh, karena Rasulullah ﷺ tidak memerintahkan kecuali dalam perintah tersebut mengandung banyak hikmah.  Dan beliau ﷺ tidak melarang, kecuali dalam larangan itu terdapat bahaya besar. Sikap taat, tunduk dan patuh itu selalu menghiasi para sahabat Rasulullah yang merupakan satu generasi terdidik di bawah naungan cahaya Nubuwwah.  Generasi yang dipuji oleh Allah dan yang terpilih untuk menemani, serta mendukung dakwah Rasulullah ﷺ.  Allah سبحانه وتعالى berfirman:  وَمَا

SERI ASMA AL HUSNA : Al HAMID (MAHA TERPUJI)

Gambar
 (Ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc)   Salah satu nama Allah سبحانه وتعالى  adalah Al-Hamiid (الْحَمِيدُ), yakni Yang Maha terpuji.  Nama ini tersebut dalam firman Allah ﷻ : “Wahai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah ﷻ) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu.  Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya.  Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha terpuji. (Al-Baqarah: 267) Wahai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha terpuji. (Fathir: 15) Dalam hadits dari Abdurrahman bin Abi Laila رضي الله عنه , dia berkata: لَقِيَنِى كَعْبُ بْنُ عُجْرَةَ فَقَالَ: أَلاَ أُهْدِى لَكَ هَدِيَّةً سَمِعْتُهَا مِنَ النَّبِيِّ ؟ فَقُلْتُ: بَلَى، فَأَهْدِهَا لِى. فَقَالَ: سَأَلْنَا رَسُولَ اللهِ  فَقُلْنَا: يَا رَ

SHALAHUDDIN AL-AYYUBI - PENAKLUK KOTA YERUSALEM

Gambar
Shalahuddin al-Ayyubi Kali ini kita akan bercerita tentang seorang laki-laki mulia dan memiliki peranan yang besar dalam sejarah Islam, seorang panglima Islam, serta kebanggaan suku Kurdi, ia adalah Shalahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub bin Syadi atau yang lebih dikenal dengan Shalahuddin al-Ayyubi atau juga Saladin. Ia adalah seorang laki-laki yang mungkin sebanding dengan seribu laki-laki lainnya. Asal dan Masa Pertumbuhannya Shalahuddin al-Ayyubi adalah laki-laki dari kalangan ‘ ajam  (non-Arab), tidak seperti yang disangkakan oleh sebagian orang bahwa Shalahuddin adalah orang Arab, ia berasal dari suku Kurdi. Ia lahir pada tahun 1138 M di Kota Tikrit, Irak, kota yang terletak antara Baghdad dan Mosul. Ia melengkapi orang-orang besar dalam sejarah Islam yang bukan berasal dari bangsa Arab, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan lain-lain. Karena suatu alasan, kelahiran Shalahuddin memaksa ayahnya untuk meninggalkan Tikrit sehingga sang ayah merasa kelahiran anaknya in

SAYYIDAH MARYAM, PERAWAN SUCI (BAGIAN KE-2)

Gambar
Krisis Bani Israel. Tibalah tahun yang menyulitkan bagi Bani Israel. Dimana saat itu krisis mendera dan kesusahan hidup merajalela.  Nabi Zakariyya Alaihi Salam sendiri terkena dampaknya, sedangkan Maryam, putri Imran yang cantik dan saleh itu masih menjadi tanggungannya.  Maka beliau segera menemui orang-orang Israel dan berkata kepada mereka ; ”Demi Allah…, kalian tahu kalau aku sudah sedemikian tua dan tidak sanggup lagi untuk menafkahi Maryam putri Imran. Maka siapakah diantara kalian yang bersedia menanggungnya setelahku?” ”Demi Allah…!!”, jawab orang-orang. ”Sebagaimana yang anda lihat, tahun ini kita ditimpa kesusahan!!” Kemudian mereka menanggung kebutuhan Sayyidah Maryam bergantian sampai akhirnya mereka mengundi seperti yang dilakukan para rahib terdahulu.  Jatuhlah undian pada Yusuf AnNajjar, seorang tukang kayu dan juga sepupu Maryam. Selama itu, padahal makanan yang dikirimkan Yusuf hanya ala kadarnya. Akan tetapi setiap Nabi Zakariyya Alaihi Salam datang untuk

SAYYIDAH MARYAM, PERAWAN SUCI (BAGIAN KE-1)

Gambar
Keluarga Terhormat. Sayyidah Maryam berasal dari kalangan terhormat dan taat beragama. Ayahnya bernama ’Imran Ibn Matsan, bundanya adalah Hannah Bint Qafudzan.  Keduanya adalah orang-orang saleh dan memiliki kesetiaan yang tinggi pada agama sehingga Bani Israel memuliakan keluarga yang juga diberikan kedudukan tinggi oleh Allah pada masa itu. ”Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” (QS. Ali Imran : 33) Pamannya sendiri adalah Nabi Zakariyya Alaihi Salam, sedangkan bibinya adalah Asya’ Bint Qafudzan, bunda Nabi Yahya Alaihi Salam.  Tentunya, lingkungan yang bersih dan keluarga yang dipenuhi kesalehan ini juga berpengaruh besar terhadap Sayyidah Maryam. Nazar Sang Bunda. Sayyidah Hannah dalam usia tuanya belum juga dikaruniai seorang anak. Sehingga pada suatu ketika tatkala ia tengah bernaung dibawah rindangnya pepohonan, dipanjatkannya sebait doa : ”Ya Allah…, jika sekiranya engkau