Hukuman Bagi Orang Yang Mencela Dan Memperolok-Olok Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (Bagian ke-2)


Ketika salah seorang penguasa Mongol hendak masuk Kristen, dia mengumpulkan banyak sekali manusia. Seorang uskup Nashrani datang untuk mengkristenkan penguasa itu. 

Uskup itu mulai mencela Nabi ﷺ. Di tempat itu ada seekor anjing yang diikat, anjing itu mulai menggonggong, dan memutuskan talinya, dan menyerang orang Nashrani tersebut. 

Maka orang-orang pun melindunginya dan mengeluarkan anjing itu, dan kembali mengikatnya. Mereka mengatakan : “Anjing itu menyalak kepadamu, karena engkau mencela Muhammad ﷺ“. Dia mengatakan: “Tidak, itu hanyalah seekor anjing seperti anjing-anjing yang lain. 

Ia menyalak kepadaku dan kepada orang selainku”. Kemudian mereka mengikat anjing itu lagi dan mengencangkan ikatannya. Kemudian Nashrani itu mengulangi mencela Rasulullah ﷺ. 

Anjing itu menyalak lagi dan memutuskan talinya. Kemudian menuju ke arah orang Nashrani tadi dan menggigitnya pada bagian lehernya, sampai anjing itu membunuhnya. 

Maka masuk Islamlah -sebagaimana dikatakan oleh al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalani– empat puluh ribu orang Nashrani setelah peristiwa ini. 

Tatkala mereka melihat apa yang Allah lakukan terhadap orang Nashrani yang mencela Rasulullah ﷺ. 

Orang-orang kafir sekarang ini yang mencela Rasulullah ﷺ, mereka ingin melecehkan dan merendahkan umat Islam. Karena mereka melihat – sangat disayangkan – umat Islam saling berpecah-belah dan terbelakang. 

Mereka melihat banyak negara-negara Islam saling berperang. Setiap negara mengikuti negara-negara lain dan berusaha menjadikan mereka ridha melebihi usaha mereka dalam menggapai ridha Allah. 

Sebabnya, umat Islam tidak memiliki keteguhan, kehendak, dan mereka itu orang-orang yang lemah. 

Walaupun umat Islam memiliki potensi yang sangat besar, harta benda, minyak bumi, dan lainnya, tetapi mereka tidak menggunakannya untuk memerangi musuh-musuh mereka. 

Lantaran itu, orang-orang kafir itu berani menulis, menggambar karikatur Nabi, dan koran-koran Eropa menerbitkan pelecehan terhadap Rasulullah ﷺ. 

Akan tetapi, ketika mereka melihat reaksi masyarakat dan umat ini –segala puji bagi Allah– masih tetap merasa memiliki Rasulullah ﷺ, dan cinta kepada Rasulullah, memuliakan Rasulullah, dan tatkala mereka telah melihat dilakukannya pemutusan hubungan bilateral, yang menimbulkan akibat-akibat (yang buruk) pada mereka, menyaksikan antusiasme manusia untuk mengingkari, saat mereka melihat bangsa-bangsa tidak meridhainya, dan melakukan pemutusan hubungan terhadap negaranya, dan berhasil mendatangkan pengaruh, mereka takut dan gelisah. 

Sebab mereka adalah bangsa yang menyembah dolar (uang), menyembah harta. Mereka pun mulai minta ma’af. Sebenarnya, mereka ingin menguji hati umat ini, apakah umat ini memiliki kelezatan ruh keimanan, semangat untuk agamanya, atau apakah umat ini telah mati, tidak hidup, dengan demikian mereka akan berpindah menuju fase setelahnya. 

Dan –segala puji hanya bagi Allah– kemenangan adalah bagi pemimpin orang-orang Muhajirin dan Anshar, bagi Nabi yang terpilih, beliau seorang yang mulia di seluruh alam. Adanya pemutusan hubungan, menampakkan (kemarahan), dan protes, ini semua menunjukkan bahwa umat ini tetap memiliki kebaikan dan mencintai agamanya. 

Sesungguhnya agama merupakan garis merah, iman merupakan garis merah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah garis merah, tidak boleh dilangkahi dan dan tidak boleh dilanggar. 

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ 

Sesungguhnya orang-orang yang membeci kamu, dialah yang terputus. [al Kautsar/108 : 3] 

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah meninggikan kedudukan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam di seluruh alam. Dan Allah dari atas ‘Arsy-Nya menjamin (pembalasan) terhadap orang-orang yang memperolok-olok, sebagaimana firmanNya :

 إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِءِينَ 

Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokan (kamu). [al Hijr/15 : 95]. 

Dan firmanNya:

 فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ 

Maka Allah akan memelihara kamu (wahai Rasul) dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [al Baqarah/2 : 137]. 

Maka jika ada orang yang mencela Rasulullah ﷺ dengan perkataan atau dengan perbuatan, atau dengan isyarat, maka Allah yaang akan menanganinya. Allah akan menyiksanya di dunia, sebelum di siksa di akhirat. 

Karena Allah telah menjanjikan siksaan pedih terhadap orang-orang yang memperolok-olok, dengan laknat, dijauhkan dari rahmatNya. Allah yang menjamin (siksaan) terhadap mereka, dan Dia telah melakukan pada setiap waktu. 

Oleh sebab itu, kita berharap kepada Allah untuk membalas terhadap orang-orang yang memperolok-olok beliau ﷺ, orang-orang Denmark, orang-orang Perancis, orang-orang Norwegia, dan dan lain-lain. 

Kita berharap agar Allah Azza wa Jalla membalas mereka semua untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan kita mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Dia mengembalikan umat Islam dengan sebaik-baiknya kepada agama mereka. 

Dan ini merupakan reaksi terbesar terhadap mereka, yaitu kita berpegang teguh kepada agama kita, kita berpegang teguh kepada Sunnah Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang yang dipilih oleh Allah Azza wa Jalla. 

Kita menghidupkan sirah (perjalanan) Rasulullah ﷺ di dalam rumah-rumah kita, dan di antara anak-anak kita. 

Kita ajarkan sirah kepada anak-anak kita. Kita keluarkan harta kita untuk menyebarkan Islam, dan untuk menerjemahkan sirah Nabi kepada bahasa-bahasa yang lain di seluruh dunia ini. 

Agar kita mengenalkan Rasulullah ﷺ dan akhlak beliau kepada manusia, dan kita memperkenalkan kepada orang-orang yang bodoh itu, siapakah orang yang mereka cela dan perolok-olok itu. 

Tidaklah mengherankan, jika kita dapati sebagian orang-orang yang insyaf dari orang-orang Barat yang mengagungkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Sehingga salah seorang dari mereka menyusun sebuah buku 100 Tokoh di Dalam Sejarah, dia menjadikan tokoh yang pertama kali adalah Nabi Muhammad, Rasul agama Islam Nabi 4] 

Karenanya, termasuk kesalahan, apabila kita menzhalimi orang-orang lain yang tidak bersalah, membakar gereja-gereja, mengebom dan merobohkan kantor-kantor kedutaan, ini merupakan kesalahan. 

Konsistensi kita terhadap Islam, pengagungan kita terhadap Sunnah, ittiba’ kepada Rasulullah ﷺ, dan tahkiim (berhukum) terhadap syari’at Rasulullah ﷺ merupakan reaksi paling penting. 

Juga kita mempergunakan anugerah yang Allah berikan kepada kita yang berupa kekuatan dan kemampuan serta harta, dalam memutuskan hubungan dengan mereka merupakan reaksi penting terhadap mereka. 

Kita mohon kepada Allah Azza wa Jalla agar menampakkan kekuatanNya kepada musuh-musuh kita, dan agar Dia menolong Islam dan umat Islam, menghinakan musuh-musuh agama, menerima syafa’at Nabi kita Muhammad ﷺ untuk kita, penghulu orang-orang dahulu dan kemudian, dan shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad dan keluarga beliau. 

(Ceramah Syaikh Muhammad bin Musa Alu Nashr (Makna Syahadat), di masjid kampus ITS (Institut Tehnologi Sepuluh November) Surabaya, Kamis, 16 Februari 2006M. 

Diterjemahkan oleh Abu Isma’il Muslim Atsari) 
_______ 
Footnote 
[1]. Tidak ada yang berwenang menegakkan hukum bunuh, kecuali imam, kepala negara, atau wakilnya (aparat pemerintah yang mendapat tugas darinya). –editor 

[2]. Syaikh meriwayatkannya dengan makna, inilah lafazh hadits tersebut:

 كَانَ مِنَّا رَجُلٌ مِنْ بَنِي النَّجَّارِ قَدْ قَرَأَ الْبَقَرَةَ وَآلَ عِمْرَانَ وَكَانَ يَكْتُبُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْطَلَقَ هَارِبًا حَتَّى لَحِقَ بِأَهْلِ الْكِتَابِ قَالَ فَرَفَعُوهُ قَالُوا هَذَا قَدْ كَانَ يَكْتُبُ لِمُحَمَّدٍ فَأُعْجِبُوا بِهِ فَمَا لَبِثَ أَنْ قَصَمَ اللَّهُعُنُقَهُ فِيهِمْ فَحَفَرُوا لَهُ فَوَارَوْهُ فَأَصْبَحَتْ الْأَرْضُ قَدْ نَبَذَتْهُ عَلَى وَجْهِهَا ثُمَّ عَادُوا فَحَفَرُوا لَهُ فَوَارَوْهُ فَأَصْبَحَتْ الْأَرْضُ قَدْ نَبَذَتْهُ عَلَى وَجْهِهَا ثُمَّ عَادُوا فَحَفَرُوا لَهُ فَوَارَوْهُ فَأَصْبَحَتْ الْأَرْضُ قَدْ نَبَذَتْهُ عَلَى وَجْهِهَا فَتَرَكُوهُ مَنْبُوذًا 

Dahulu ada di antara kami seorang laki-laki dari Bani Najjar telah menghafal surat al Baqarah dan Ali Imran, dan dia menulis untuk Rasulullah ﷺ. Kemudian dia kabur dan bergabung dengan Ahli Kitab. 

Maka mereka mengagungkannya. Mereka mengatakan: “Orang ini dahulu menulis untuk Muhammad”. Mereka dibuat kagum dengannya. Namun tidaklah dia hidup lama sampai Allah menghancurkan lehernya di tengah-tengah mereka. 

Maka mereka menggali lubang kubur baginya, lalu menimbunnya. Tetapi pada waktu pagi, bumi telah memuntahkannya di atas permukaan tanah. Kemudian mereka mengulangi. 

Mereka menggali lubang kubur baginya, lalu menimbunnya. Tetapi pada waktu pagi, bumi telah memuntahkannya di atas permukaan tanah. Kemudian mereka mengulangi. Mereka menggali lubang kubur baginya, lalu menimbunnya. 

Tetapi pada waktu pagi, bumi telah memuntahkannya di atas permukaan tanah. Maka mereka meninggalkannya terlantar. [HR Muslim, no. 2781; Ahmad]. (Pent). 

[3]. Perkataan orang munafik ini Allah abadikan di dalam al Qur`an, surat al Munafiqun ayat 8. (pent). 

[4]. Penyusun buku tersebut adalah Michael H. Hart dari Amerika. 

https://almanhaj.or.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Layu Sebelum Berkembang

Imam Malik Bin Anas

SEBANYAK 12 MALAIKAT BEREBUT MENCATAT KEBAIKAN KITA